Ilustrasi Firaun
Saya tertarik membahas tema ini setelah salah seorang kawan menanyakan Apa rahasia penggunaan kata “tsu’baan” dan kata “hayyah” dalam kisah Alquran tentang Nabiyullah Musa Alaihis salam.
Sebagian orang menganggap bahwa arti 2 kata itu sama saja, yakni ular. Mereka mengatakan bahwa pilihan kata itu hanya sebatas variasi kata saja. | Alquran Muslimah
Tetapi setelah saya kaji masalah ini, saya mendapatkan hikmah yang sangat jelas dan indah. Penggunaan dua kata dalam Alquran itu digunakan dalam episode yang sesuai penggunaannya. Dan kita akan menyimpulkan tidak mungkin ada alternatif kata lain untuk digunakan konteks itu.
Inilah yang disebut i’jaaz bayaani (kemukjizatan sastra) dalam Alquranul karim.
Untuk menjelaskan Hikmah apa yang terkandung dari variasi kalimat dalam kisah Nabi Musa AS menghadapi Firaun, kita harus menjelaskan lebih dahulu bahwa masalah variasi kata ini terdapat beberapa kali dalam sejumlah episode. Tapi terkait tongkat Nabi Musa AS dijelaskan pengulangan itu pada tiga fase kisah.
Berikut kisahnya:
Ketika Nabi Musa Alaihissalam berjalan bersama keluarganya di waktu malam, lalu ia diperlihatkan cahaya. Musa kemudian mendekat pada cahaya itu dan Allah memanggilnya agar ia melemparkan tongkatnya.
Ketika Nabi Musa pergi menghadap Firaun, lalu Firaun memintanya untuk memberikan bukti kebenaran risalah Allah yang dibawanya. Lalu Musa melempar tongkatnya.
Ketika para penyihir berkumpul dan melemparkan tali serta tongkat mereka, lalu menyihir pandangan mata manusia sehingga tampak seperti ular. Lalu Musa pun melemparkan tongkatnya.
Tiga episode inilah, yang menjelaskan Musa melemparkan tongkatnya. Akan tetapi, Bagaimana kita bisa menyingkap maksud Ilahi dari kisah ini, dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa itu? Apakah ada kontradiksi atau perbedaan, atau kekacauan, dalam pilihan diksi atau kata dalam Alquran?
Episode ini membicarakan peristiwa kembalinya Nabi Musa ke Mesir setelah sebelumnya ia keluar dari negeri itu.
Dalam perjalanan pulang ke Mesir, di waktu malam, Ia diperlihatkan cahaya.
Kemudian Nabi Musa mendekati cahaya itu untuk menenangkan diri. Saat itulah Allah memanggilnya dan memerintahkannya untuk melemparkan tongkat. Tiba-tiba, tongkat itu berubah menjadi seekor ular yang merayap.
Musa ketakutan kemudian Allah menenangkannya, ini merupakan mukjizat yang mengokohkan akan kebenaran risalah yang dibawanya di hadapan Firaun.
Jika kita kaji ayat-ayat yang berbicara tentang episode ini, ternyata ada beberapa ayat dalam satu ayat menggunakan kata “alhayyah“. Allah berfirman: “Apakah itu yang di tangan kananmu Hai Musa?
Musa menjawab: “Inilah tongkatku, alat untuk aku bertelekan, juga untuk pemukul dahan-dahan kayu supaya daunnya berguguran untuk makanan kambingku, dan banyak lagi segera Musa pun melemparkan Tongkatnya, serta merta tongkat itu menjebak menjelma menjadi ular (hayyah) yang merayap dengan lincah.”
Allah berfirman: “Jangan takut! tangkaplah ular itu, nanti kami akan mengembalikannya menjadi tongkat seperti semula” (QS. Thoha: 17-21)
Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata “hayyah” untuk menjelaskan kata-kata ular yang merayap dengan lincah.
Episode ini bercerita tentang kedatangan Musa ke hadapan Firaun dan bagaimana beliau meyakinkan Firaun akan keberadaan Allah.
Lalu ketika Firaun meminta bukti fisik atas kebenaran dakwah yang dibawa Musa, dilemparkanlah tongkatnya hingga berubah menjadi ular yang sangat jelas.
Dalam episode ini, Alquran menggunakan kata “tsu’baan” untuk menjelaskan kata ular. Dan bila kita kaji lebih jauh, ternyata ada sejumlah ayat Alquran yang berbicara tentang episode ini. Akan tetapi, hanya pada dua ayat saja digunakan kata “tsu’baan“.
“Berkatalah Musa: “Hai Firaun! aku ini utusan dari Tuhan semesta alam”.
Justru karena kerasulan inilah Aku tidak akan berkata tentang Allah, kecuali hanya yang sebenarnya. aku datang kepadamu dengan membawa tanda bukti dari Tuhanmu. Dengan ini Aku mohon lepaskan bangsa Israel pergi bersamaku!”.
Firaun menjawab: “Jika benar engkau datang dengan membawa suatu bukti, Buktikanlah, Kalau engkau memang orang yang benar!” lalu Musa melempar kan tongkatnya. Dengan sekonyong-konyong tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Lalu dikeluarkannya tangannya. Tangan itu sekonyong-konyong menjadi putih, nampak bersinar-sinar oleh semua yang melihatnya.” (QS Al Araf: 104-109)
“Firaun menukas: “Siapakah Tuhan semesta alam ini?”
Musa menjawab: “Ialah Tuhan langit dan bumi beserta segala apa yang ada di antara keduanya, jika kamu meyakininya”.
Berkata Firaun kepada orang-orang sekelilingnya: “Nah, Apakah tidak Kalian Dengar ucapannya?”
Musa mengulas keterangannya: “Allah yang menciptakan mu, begitu pula nenek moyangmu yang dahulu!”.
Berkata Firaun kepada orang-orang di sekelilingnya: “Sesungguhnya Rasul yang diutus kepadamu ini orang gila”.
Musa menjelaskan sifat-sifat Tuhan, katanya: ” Ya Allah Tuhan yang menguasai timur dan barat apa yang ada di antara keduanya, itupun bila kamu dapat memikirkannya.
Firaun mengancam: “Jika engkau bertuhan yang lain daripada aku, niscaya aku masukkan enggau ke dalam penjara”.
Musa menukas: ” Bagaimana kalau aku Perlihatkan kepadamu suatu tanda bukti yang nyata atas kebenaran ku?”.
Firaun berkata: “Tunjukkanlah tanda bukti itu jika enggkau orang yang benar”.
Lalu Musa melempar kan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular (tsu’baan) dengan nyata. Dan dikeluarkan tangannya dari dalam bajunya, mendadak sontak tangan itu menjadi putih bersinar kelihatannya.
Berkata Firaun kepada pembesar-pembesar yang ada di sekelilingnya: “Sungguh Musa ini tukang sihir yang ulung!” (QS Asy Syu’ara: 23-24)
Bersambung Bagian Kedua >> Mukjizat Sastra Alquran dalam Kisah Nabi Musa Alaihi Salam Bagian Kedua
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
Belum ada komentar untuk Mukjizat Sastra Alquran dalam Kisah Nabi Musa Alaihi Salam