Tak sedikit penelitian yang membahas tentang karya muslimah di berbagai bidang dalam peradaban klasik Islam. Kiprah para Muslimah itu tercatat dari mulai dari bidang sains, teknologi, kedokteran, mat matika, sampai pemerintahan. | Alquran Muslimah
Salah seorang Muslimah yang menyumbang kontribusi dalam ilmu pengembangan dan sains, yaitu Zubayda binti Ja’far al-Mansur. Dia jugalah yang memulai proyek ambisius yaitu membangun jalur haji dari Baghdad ke Makkah, dengan berbagai fasilitas dan kelengkapannya. | Alquran Muslimah
Ada juga Sutaita al-Mahamali, ahli matematika dan saksi ahli di pengadilan, Dhayfa Khatun yang jago dalam manajemen dan kenegarawanan, Fatima al-Fehri yang membangun Masjid Qarawiyin di Fez, Maroko yang kemudian terkenal karena menjadi universitas pertama di dunia. Lalu, ada insinyur Mariam yang membuat astrolabe di Aleppo.
Namun, hanya sedikit literatur yang membahas tentang para tokoh Muslimah tersebut sehingga perlu digali lebih dalam untuk menyajikan informasi tentang peran mereka di berbagai bidang.
Pada tahun-tahun awal Islam, peran Muslimah juga mempunyai andil yang banyak pada kemajuan peradaban Islam. Contohnya, Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi Muhammad SAW yang mempunyai keterampilan khusus dalam bidang administrasi. Aisyah pun pandai dalam ilmu Hadis, fikih, seorang pendidik, dan seorang orator. | Alquran Muslimah
Banyak juga catatan sejarah dan referensi yang menyebutkan, para muslimah yang unggul dalam bidang-bidang, seperti kedokteran, sastra, dan hukum Islam atau fikih.
Di zaman modern ini, seorang Muslimah asal Turki, Sabiha (1913- 2001) bahkan punya peran yang tidak biasa. Dia adalah pilot tempur wanita pertama di dunia yang ditunjuk sebagai kepala pelatih di Institusi Penerbangan Turki. | Alquran Muslimah
Karya-karya Muslimah tidak terlalu banyak ditemukan dalam buku-buku sejarah klasik. Seorang peneliti bernama Mohammed Akram Nadwi melakukan proyek jangka panjang untuk menggali biografi ribuan perempuan yang berkontribusi dalam mempelajari dan mengajarkan Hadis.
Baca Juga:
Nadwi kemudian menulis buku yang judulnya Al- Muhaddithat: Cendekiawan Wanita dalam Islam. Isinya ada 40 jilid. Dalam buku tersebut disebutkan tentang peran sentral muslimah dalam melestarikan ajaran Nabi. | Alquran Muslimah
Aisha Abdurrahman Bewley juga menulis buku yang berjudul Muslim Women: A Biographical Dictionary. Buku ini adalah sequel dari karyanya sebelumnya yaitu Islam: The Empowering of Women. Buku biografi ini adalah salah satu sumber referensi yang cukup lengkap tentang Muslimah dari abad pertama hingga sekitar pertengahan abad ke- 13.
Ketika membaca buku tersebut Anda akan dikejutkan dengan banyaknya jumlah referensi muslimah yang berkiprah di beragam bidang kehidupan, mulai dari sarjana hingga penguasa. | Alquran Muslimah
Seperti yang tercatat dalam buku, Muslimah tidak hanya berkiprah di pekerjaan rumah saja. Mereka juga sangat aktif di berbagai bidang.
Bahkan banyak muslimah di antara sekian banyak guru dari ulama besar seperti Ibnu Hajar Alatsqalani. Beliau belajar kepada 53 muslimah, Imam As-Sakhawi yang pernah berguru kepada 68 muslimah, dan as-Suyuti pernah belajar kepada 33 muslimah.
Beberapa Muslimah diakui keunggulannya baru-baru ini. Salah satunya putri Pangeran Ahmed di Andalusia, yaitu Aisyah. Dia pandai bersajak dan berpidato lalu mengelola perpustakaan yang terbaik dan terlengkap di kerajaan. | Alquran Muslimah
Wallada (dikenal sebagai Valada dalam keilmuan Barat), seorang puteri Almohad, juga mempunyai bakat yang tak kalah unggul. Muslimah ini terkenal karena pengetahuannya tentang puisi dan retorika. Dia ahli dan mempunyai pengetahuan yang cerdas.
Ada juga al-Ghassania dan Safia, keduanya dari Sevilla. Dua Muslimah ini begitu jenius, puitis, ahli berorasi, serta tak ada tandingan dalam bidang kaligrafi. Kemampuan sastra Miriam, putri berbakat dari al-Faisuli, juga sangat terkenal di seluruh Andalusia. | Alquran Muslimah
Kiprah dan Karya Muslimah di Bidang Medis
Pada era perkembangan awal Islam, banyak Muslimah yang berprofesi sebagai perawat dan praktisi kedokteran. Diantara Nusayba binti Kaab Al-Mazeneya. Dia adalah yang memberikan pelayanan keperawatan bagi prajurit Muslim pada Perang Uhud. | Alquran Muslimah
Kemudian muslimah Ummu Sinan al-Islami (dikenal juga sebagai Ummu Imara). Dia terlebih dulu meminta izin pada Nabi Muhammad SAW untuk merawat para prajurit terluka dan menyediakan air bagi yang haus.
Tercatat pula Ummu Matawe `al-Aslamiyya yang secara sukarela menjadi perawat pasukan Muslim dalam Perang Khaybar. | Alquran Muslimah
Muslimah bernama Ummu Waraqa binti Harits juga ikut berperan merawat para prajurit di Perang Badar.
Di antara begitu banyak para perawat itu, Rufayda binti Saad al-Aslamiyya disebut sebagai perawat Muslim pertama dalam sejarah Islam. Pada era Nabi Muhammad SAW, dia merawat prajurit yang terluka dan sekarat kala Perang Badar.
Ilmu medis Rufayda yang ia peroleh adalah pengajaran ayahnya, Saad al-Aslamy, yang juga seorang dokter. Rufayda kemudian mengabdikan dirinya merawat orang-orang yang sakit dan dia menjadi ahli dalam bidang medis.
Keterampilan medis kemudian terus ia latih ketika peperangan. Pada masa itu, Rasulullah biasa memerintahkan, semua muslim yang terluka akibat peperangan agar dibawa ke tenda agar bisa dirawat. | Alquran Muslimah
Rufayda digambarkan sebagai sosok perawat yang baik, empatik, dan organisator yang ulung. Dengan keterampilan yang ia miliki, kemudian ia mengajarkan wanita lain jadi perawat dan bekerja di bidang perawatan kesehatan.
Dia juga berpartisipasi aktif dalam bidang sosial yaitu membantu menyelesaikan masalah sosial yang ada hubungannya dengan penyakit. Ia pun membantu anak-anak yang membutuhkan dan merawat anak yatim, orang cacat, dan orang miskin. | Alquran Muslimah
Selain Rufayda, al-Shifa binti Abdullah tercatat sebagai Muslimah yang sangat bijak pada masa jahiliah.
Pada waktu itu, sedikit sekali yang bisa membaca dan menulis, meskipun tidak bisa membaca dan menulis tapi ia menguasai ilmu kedokteran. Nama aslinya Laila, namun dijuluki al-Shifa, yang artinya penyembuhan. Julukan itu diberikan padanya karena Allah memberi jalan kesembuhan bagi beberapa orang lewat dirinya. | Alquran Muslimah
Sejarah Islam juga menulis tentang Nusayba binti Harits al-Ansar. Karena merawat prajurit yang terluka, ia juga dikenal sebagai tabib khitan.
Kiprah dan Karya Muslimah di Bidang Matematika
Di bidang matematika, peradaban Islam mencatat nama Sutaita al-Mahamali dari Baghdad dan Labana dari Cordoba. Keduanya hidup pada abad ke-10.
Kemahiran Sutaita al-Mahamali dalam bidang matematika tak bisa dilepaskan dari peran sang ayah, Abu Abdallah al-Hussein. Selain dibimbing ayahnya, Sutaita juga menimba ilmu matematika dari beberapa ahli matematika pada masa itu, di antaranya Abu Hamza bin Qasim, Omar bin Abdul Aziz al-Hashimi, Ismail bin al-Abbas al-Warraq, dan Abdul Alghafir bin Salamah al-Homsi. | Alquran Muslimah
Dari sejumlah cabang ilmu matematika, Sutaita menunjukkan keahlian dalam bidang aritmatika. Aritmatika merupakan cabang ilmu ma tematika yang mengkaji bilangan bulat positif melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pada ma sa itu, aritmatika menjadi cabang matematika yang berkembang cukup baik. | Alquran Muslimah
Selain ahli aritmatika, Sutaita berhasil menemukan solusi sistem persamaan dalam matematika. Catatannya tentang sistem persamaan pun banyak dikutip oleh para matematikawan lainnya.
Kepiawaiannya dalam matematika membuat Sutaita dipuji oleh para sejarawan kala itu, seperti Ibnu al-Jauzi, Ibnu al-Khatib Baghdadi, dan Ibnu Katsir. Sutaita tutup usia pada 987 M.
Selain Sutaita, Muslimah yang ahli dalam bidang matematika adalah Labana dari Cordoba. Labana dikenal dengan kemam puannya menyelesaikan beragam masalah matematika yang sangat pelik, baik aritmatika, geometri, maupun aljabar. Saat itu, tak banyak ilmuwan pria yang mampu memecahkan masalah sepelik itu. Karena kecerdasannya, ia menjadi sekretaris Khalifah al-Hakam II dari Dinasti Bani Ummayah. | Alquran Muslimah
Kiprah dan Karya Muslimah di Bidang Astronomi
Di bidang astronomi, sejarah Islam hanya mencatat satu nama perempuan, yaitu Mariam al- Astrolabiya al-Ijliya. Sayangnya, sangat sedikit informasi tentang dia. Biografi wanita brilian ini hanya bisa diketahui dalam bibliografi yang ditulis Ibn al-Nadim, Al-Fihrist. | Alquran Muslimah
Muslimah ini mampu membuat astrolabe, sebuah perangkat astronomi kuno yang biasa digunakan untuk menerjemahkan fenomena langit. | Alquran Muslimah
Bagi umat Islam, astrolobe digunakan untuk menentukan kiblat, waktu shalat, dan awal Ramadhan serta Idul Fitri. Astrolabe juga dikenal dengan ponsel pintar kuno. Saat ini, kita mengenal astrolabe sebagai versi modern Global Positioning System (GPS).
Ketika itu, orang yang ahli dalam membuat astrolabe disebut sebagai insinyur mesin. Mariam merupakan wanita pertama yang dikenal sebagai insinyur mesin dalam bidang astronomi.
Meskipun sangat sedikit informasi mengenai Mariam, kiprah astronom Muslimah ini sangat dikenal di Eropa. Di kalangan ilmuwan Eropa, Mariam dijuluki al-Astrolobe. Dia dipuji sebagai Muslimah pemberani dan canggih dalam dunia ilmu pengetahuan. Karena keahliannya dan kecerdasannya, banyak ilmuwan Eropa yang berkiblat padanya.
Kesuksesan Mariam di bidang astronomi tak lepas dari peran ayahnya. Ayah Mariam merupakan seorang pegawai yang membuat astrolabe terkenal di Baghdad. | Alquran Muslimah
Dalam bukunya, al-Nadim menulis, Mariam mengikuti profesi ayahnya di Aleppo dan ditugaskan di Istana Sayf al- Dawlah pada abad ke-10.
Ayah Mariam dikenal dengan gelar al- Ijliya al-Usturlabi.Teknik merancang astrolabe yang dimilikinya merupakan sebuah rahasia. Ayahnyalah yang menjadi guru utama Mariam untuk membuat astrolabe. Tapi, Mariam membuat desain dan teknik pembuatan yang lebih canggih dan inovatif.
Dia dan ayahnya pun dipekerjakan penguasa Aleppo.Ketika itu, Aleppo dikuasai Sayf al-Dawla yang memerintah pada tahun 944-967.Secara tradisi, ilmu astronomi yang dikuasai seorang ayah secara selalu diturunkan kepada anaknya.Secara turun-temurun, keluarga Mariam memang selalu membuat alat yang berkaitan dengan astronomi. | Alquran Muslimah
Tak hanya belajar kepada ayahnya, Mariam juga berguru ke Bitolus bersama 16 orang insinyur lainnya.Namun, tidak diketahui kapan dan di mana guru astronomi itu berada saat Mariam berguru.
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
*Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak di bawah ini:
Komentar dinonaktifkan: Kiprah dan Karya Muslimah dalam Peradaban Islam
Maaf, form komentar dinonaktifkan.